Kamis, 12 April 2012

Bahu yang lemah...

Bahu yang lemah...

Punyakah sedikit waktu untuk merenung dan memutar memori otak kita ? Di saat semua orang sibuk, mungkin sedikit waktu bisa membawa perubahan. Sedikit rangsangan ke otak kita akan membuat kita  berfikir dan mencoba memeras keringat. Tak perlu angkat junjung. Cukup duduk diam, tenang, arahkan pikiran kita ke depan dan sesekali pandang ke belakang. Sedikit demi sedikit putar- putar memori kepala kita.
Mengerti atau tidak, sedikitnya dari waktu kita dipengaruhi oleh masa lalu dan masa depan. Kemungkinan hal kecil bisa menjadi penyebab hal besar dalam sebuah kehidupan. Sebuah titik noda akan membuat sebuah kertas menjadi kotor kalau noda itu tidak kunjung dibersihkan.
Pembersihan dapat dilakukan dengan banyak cara dan kesempatan memperbaiki terbuka lebar. Teman - temanku, mungkin sedikit waktu itu perlu untuk diluangkan. Kenapa tidak kita mencoba meluangkan. Tidak usah berfikir untuk mengeluarkan biaya mahal. Cukup duduk pegang hp, laptop atau sebentar ke tempat nongkrong internet dan search dan cari cerita atau apa yang bisa menjadi penghangat dan penjernihan otak kita.
Nah, sekarang, coba sempatkan waktu untuk membaca sedikit kisah ini. Sedikit kita pahami dan rasakan dengan relung kita. Jangan berfikir hal yang macam - macam, cukup sedikit sediakan waktu. Mohon di sorry  jika pemakaian kata dan kalimat berlebihan, cerita ini hanya fiktif belaka dan untuk hiburan saja. Hayok disimak dan diresapi.
“Alkisah seekor semut beserta koloninya. Setiap waktu dan hari, mereka selalu bersama menjalani kehidupan. Dapat dikata semut dan koloninya juga punya kelompok.
Suatu hari, pemimpin semut kecil mengalami keraguan. Hal ini ditimbulkan dari anggota kelompoknya. Kelompok semut kecil sering mengalami ketimpangan pendapat. Semua anggota semut kecil merasakannya.
Penyebab demi penyebab mulai ditelesik. Akan tetapi, belum juga ada titik temu. Lambat laun, lambat hari, kelompok ini mengalami kemunduran sedikit demi sedikit, dan lebih jauh dari kelompok lain di depannya. Semula, kelompok lain belum merasakan. Berjalannya waktu dan seringnya perdebatan kecil dari kalangan kelompok semut kecil mulai tercium. Kelompok lain mengendus dan melirik penuh terhadap wewayangan semut kecil.
Pemimpin semut kecil ( pengede / kepalane kelompok ) sering mengadakan percakapan dan wawancara. Sedikit demi sedikit celah sempit mulai terbuka. Titik keraguan mulai kentara. Pemimpin memiikirkan asap yang ditimbulkan dari api kecil itu. Api yang mulai menyepulkan asap besar dalam koloni. Imbase mungkin terasa ringan, akan tetapi terasa di koloni. Sendi - sendi, otot - otot, dan kelompok semut kecil semakin melemah, dan mulai menghilang dari kebulan asap.
Pemimpin mulai mengadakan meeting dan pendekatan-pendekatan personal dsbnya. Sedikit demi sedikit mengumpulkan anggota mulai membuahkan hasil. Pemimpin mulai bersemangat lagi ketika mendengarkan sharing.  Semangat juang pemimpin meninggi untuk memperjuangkan bahu - bahu yang nglokro kuat kembali. Penasehat demi penasehat dikunjunginya namun hasilnya sama. Langkah - langkahnya makin terasa kurang maksimal.
Suatu hari pemimpin merenung, berfikir,mengulas dan memutar otak kembali. Gambar demi gambar mulai tayang dalam otaknya. Kehidupannya yang lalu bersama anggota kelompoknya jelas tampil di dalam penglihatan batinnya. Dari awal kelompok semut kecil ada, apa, seperti apa, bagaimana dan kapan saja hal - hal lain terpapar jelas.
Pemimpin  sadar ternyata, dari dirinya sendiri juga menjadi penyebab api kecil itu. Keraguannya terhadap anggotanya, terhadap kinerja dan terhadap kompetensi serta kemampuan kelompoknya menjadi kertas penyulut api dan menjadi kepulan besar.
Pemimpin menyesalkan perbuatannya. Pemimpin mulai langkah selanjutnya. Pemimpin mengirimkan surat kepada semua anggota kelompok semut kecil. Tak lain tak bukan isi suratnya adalah kesehatian kita, sepenanggungan kita, kepercayaan kita akan memperkuat bahu - bahu kita yang lemah dan menjadi kuat untuk menopang beban dan menjadi sandaran bagi semuanya.
Semut  demi semut dalam kelompok itu mulai membaca dan mulai merenungkan apa yang hendak disampaikan pemimpin mereka itu. Lama - lama merenung dalam hitungan detik, keluh demi keluh mulai keluar dari masing - masing mulut semut kecil. Semua semut kecil kini sadar bahwa tak satupun dari mereka benar. Mereka semua memang membutuhkan satu sama lain.
Bak perahu tanpa nahkoda dan dengan awak yang pontang – panting tanpa komando dan kerjasama yang baik. Sekalipun kelompok kecil dalam sebuah koloni, namun jika ada kelompok yang kurang sehat, maka semua kolonipun ikut kurang sehat. Sekalipun ada dua kelompok yang berdiri sehat, namun dengan adanya kelompok yang kurang seht, juga berpengaruh dan dapat menjadikan penghambat kemajuan bersama sebuah koloni.
Begitulah pemikiran mereka bersama. Dan pada akhirnya hanya “kesehatian kita, sepenanggungan kita, kepercayaan kita akan memperkuat bahu - bahu kita yang lemah dan menjadi kuat untuk menopang beban dan menjadi sandaran bagi semuanya”. Dengan pemikiran ini, semua anggota semut kecil bahkan semua dalam koloni berusaha menjadi lebih baik dengan mengingat pemikiran yang sama sevisi dan semisi. Dan sebuah koloni itu bisa menjadi koloni yang solid.”
Alkisah tersebut biarlah menjadi gambaran dan pelajaran yang baik dalam kehidupan kita semua dalam berkelompok. Marilah kita bangkit dan mulai memperbaiki sikap kita untuk menjadi seorang yang saling melengkapi satu sama lain, mengerti satu sama lain. Pendapat demi pendapat memang perlu ditampung. Dan jangan memaksakan pendapat sendiri. Mari bangkit menjadi sebuah perahu yang penuh dengan keakraban dan kesolidan.
Ingat “kesehatian kita, sepenanggungan kita, kepercayaan kita akan memperkuat bahu - bahu kita yang lemah dan menjadi kuat untuk menopang beban dan menjadi sandaran bagi semuanya”.
Mohon di sorry  jika pemakaian kata dan kalimat berlebihan, cerita ini hanya fiktif belaka dan untuk hiburan saja. Murni imajinatif dan fiktif.




pernah dipost d fb yeni wijayanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar