Kamis, 12 April 2012

menanti lahir


Rabu, 09 Maret 2011

Menanti Lahirnya Generasi Cinta Bahasa Jawa

Oleh Yeni Wijayanti
Mahasisiwa PBSJ UNNES semester II

Lain lubuk lain ikan, lain ladang lain belalang
Di setiap daerah yang berbeda mempunyai bahasa dan kepribadian yang berbeda, juga bisa mempunyai adat kebiasaan yang berbeda pula.

Seperti halnya peribahasa tersebut, yang menjelaskan bahwa di suatu tempat yang lain itu berbeda tata juga kebiasaan serta adatnya. Dan tidak dipungkiri kalau bahasa yang dipakai sehari-hari itupun berbeda. Bahasa alat komunikasi yang bisa menjadi aset terbesar bagi sebuah Negara ataupun provinsi di Jawa. Provinsi Jawa salah satunya Jawa Tengah, memakai bahasa Jawa untuk mempererat sekaligus bercakap-cakap ketika bertemu dengan semua orang. Bahasa penduduk Jawa Tengah memilik keindahan yang gak dimiliki oleh semua bahasa di Indonesia. Mengandung ajaran budi pekerti, mengajari estetika yang belum tentu dapat ditemukan pada semua bahasa daerah di semua daerah di Nusantara.
Kondisi bahasa yang menjadi ikon dan ciri khas ini tidak selamanya berada dalam posisi aman. Seperti pepatah “ Roda itu terus berputar, kadang di atas kadang di bawah” demikian juga ciri khas Jawa, Bahasa yang dahulu digunakan untuk berkomunikasi sekarang makin berkurang jumlah penggunanya. Jumlah penutur yang mulai terkikis oleh waktu, usia yang tua, kelahiran dan kematian, bencana alam dan masih banyak lagi. Juga dikarenakan anak-anak kecil tidak lagi menuturkan dan kebanyakan hanya dapat dijumpai pada masyarakat dewasa yang kadang masih kurang ilmu pengetahuannya. Selain itu berkurangnya jumlah penutur dari dalam lingkungan keluarga juga sangat berpengaruh dalam kelangsungan bahasa tersebut.
Anak-anak yang menjadi tulang punggung pelestarian bahasa setidaknya membuat kecemasan yang berlebih. Rangkaian kata-kata yang sering keluar dari mulut anak-anakpun, tiada krama juga tiada ngoko yang benar. Mulut kecil mereka cenderung memakai bahasa gaul. Tetapi ketika dalam sekolah mereka tetap diajarkan memakai bahasa Jawa. Pada insan-insan yang masih duduk di bangku SD itu, bahasa khas Jawa menjadi momok selama mata pelajaran tersebut berlangsung.
Ayah dan ibu mereka menjadi tangan kanan mereka saat guru-guru mereka memberi tugas untuk menceritakan gambar, pengalaman berlibur, menyalin huruf Jawa, mentranslate dari Jawa sopan ke Ngoko atau Krama ke bahasa kasar. Jangankan mengerjakan tugas, tidak urung di dalam kelas, mereka menjadi seperti patung yang menunggu guru untuk memberi contoh membaca dengan ejaan yang benar sesuai kaidah bhasa yang sarat dengan budi pekerti itu.
Keindahan warisan budaya Jawa yang sebenarnya dapat dijumpai semakin susah jika anak-anak SD yang jadi generasi selanjutnya itu seperti tidak mau nguri-uri. Keadaan tersebut sering terjadi akibat kurang tertariknya mereka kepada mata pelajaran yang mengajarkan filosofi kehidupan yang baik itu. Materi yang itu-itu saja, materi yang langsung menjadi sulit tanpa pengenalan, guru-guru yang kurang berkualitas, modal anank sebelum masuk sekolah yang dimaksud di sini adalah seberapa banyak anak belajar bahasa ibu yang di dalam konteks ini adalah bahasa Jawa, sangat berpengaruh kepada lahirnya generasi baru yang cinta bahasa terkaya dan terunik di 10 besar di dunia. Tuntutan-tuntutan sering kali keluar dan menjadi-jadi dari semua kalangan yang mengerti tentang urusan alat komunikasi sehari-hari. Keadaan seperti itu tidak jarang membuat guru serta para pencinta bahasa menjadi geragapan dan bersedih hati. Mengutak-atik otak mencari cara agar mendapat solusi yang baik untuk menarik minat belajar mereka menjadi tugas mereka bersama.Solusi, dan hal-hal yang sekiranya dapat menghasilkan jumlah penutur baru pun mulai digalakkan.
Pemerintah bekerja sama maupun bekerja perinstansi juga telah mencari solusi. Baik solusi yang instant maupun yang jangka panjangpun mulai digalakkan. Pencarian bermacam-macam solusi baik dari kalangan sastrawan maupun non sastrawan membuat sejumlah tempat juga ikut menajdi geger dan ikut ambil bagian. Namun solusi yang terbaik tetaplah dari semua pihak. Tidak perlu menyalahkan pemerintah yang kurang ini dan itu namun bangkit dan ikutlah merasakan kepedihan jika hal yang berharga itu hilang dengan pelan-pelan tanpa disadari. Dan akibatnya akan terasa setelah lama tidak berjumpa. Seperti halnya seseorang yang dengan orang lain jka ketemu cuek dan setelah berpisah menjadi kangen.
Solusi dari yang memerlukan biaya kecil sampai besar itu dilakukan agar bahasa yang telah ikut menjadi booming dikalangan dunia ini menjadi tetap lestari. Sedikit contoh nyata saja, ahli-ahli computer mulai membuat master program berbahasa Jawa, itu disebabkan karna computer menjadi teman dari semua lapisan dan diharapkan dapat menjangkau lapisan masyarakat. Game HP, komik, buku bacaan, majalah dan lain-lain juga dimaksudkan agar menyentuh hati anak-anak untuk sedikit mau belajar. Kalender dan baju-baju lucu sampai pewmbuatan film kartun dan film anak yang memakai bahasa Jawa. Sehingga diharapkan dari sekelumit contoh yang disebutkan tadi dapat mengena dan mendorong terhasilkannya generasi baru cinta bahasa Jawa.
Diharapkan semua generasi baru yang tumbuh tersebut dapat memiliki kemamuan yang lebih dari pada penutur bahasa yang lain. Manfaat yang terbesar adalah bahasa menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang. Pemakai bahasa Indonesia meiliki tingkat kemampuan yang berbeda dengan penutur bahasa Inggris dan lainya.
Padahal dengan berbahasa juga menandakan kalau seseorang itu memiliki tingkat berprestasi yang berbeda-beda dari orang lain ketika bahasanya dipandang telah baik dan benar. Kadang kalau seseorang itu dikatakan cerdas, ada macamnya. Cerdas spiritual ditandai kemampuan beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (termasuk budi pekerti luhur dan berkepribadian unggul) melalui kata-kata yang dimaksudkan di sini adalah bahasanya.
Bahasa juga bias menunjukkan kalau seseorang cerdas scara emosional, ditandai: beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni budaya, serta kompetensi untuk mengekpresikannya, dan beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang: membina dan memupuk hubungan timbal balik, demokratis, empatik dan simpatik, menjunjung tinggi hak azasi manusia, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara melalui komunikasi berbahasa yang baik dengan bahasa Jawa.
Selain itu berbahasa mendukung setiap insane manusia untuk memiliki tingkat kecerdasan secara intelektual, ditandai dapat beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, dan imajinatif. Menceritakan atau menjelaskan sesuatu hal melalui bahasanya baik langsung ataupun tidak langsung.
Dan yang terakhir, berbahasa juga menunjukkan kalau seseorang juga cerdas kinestetis, ditandai: beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdayatahan, sigap, terampil, dan trengginas, dan aktualisasi insan adiraga, selain berbicara mengeluarkan pendapatnya dengan cepat, juga dapat memakai anggota tubuh untuk bergerak dan menghasilkan ssuatu dengan sambil berbicara dan memperagakan sesuatu.
Sebenarnya menanti dan mencari jalan keluar serta menerapkannya adalah tidak rugi, sebab jika suatu daerah telah menerima hasilnya, maka seluruh daerah lain akan bangga dan menghargai bahwa suatu daerah tersebut telah berhasil mempertahankan bahasa nenek moyang mereka bahkan menghasilkan cetakan angka kelahiran baru yang cukup membuat napas lega. Menanti lahirnya generasi cinta bahasa Jawa adalah hal yang kadang dirasa capek oleh sebagian orang, namun juga memuaskan dan penuh tantangan untuk orang-orang yang benar-benar mau bekerja keras dan menunggu dengan sabar sampai apa yang dinantinya benar-benar tercapai.
Sambil menanti, mari, yang masih muda mauoun yang tua yang bias membaca tulisan ini, diharapkan dengan sangat untuk terus berjuang dan berusaha mempelajar bahasa yang luarbiasa uniuk itu demi kelangsungan hidup bahasa tersebut dan demi membantu menabur benih-benih di sekitar tempat tinggal dengan menuturkannya dengan baik dan kalau bias dengan benar. Sehingga dapat membantu pengatasan masalah ini untuk melahirkan generasi cinta bahasa Jawa. Dan mari dengan kreatif, membuat hal-hal unik untuk menangkap perhatian dari massa agar punya ketertarikan untuk belajar apalagi untuk memakai dalam berkomunikasi baik langsung maupun non langsung.
Menanti lahirnya generasi baru yang cinta bahasa Jawa adalah kegiatan mulia namun juga butuh pengorbanan bersama dari semua pihak. Tidak cuma pemerintah tetapi semua lapisan masyarakat yang mendambakan tunas baru yang berkualitas dan cerdas. Menunggu waktu dan menunggu hasil dari target dan pengatasan masalah yang telah dilakukan. Semua jerih payah pasti tidak sia-sia. Tunas baru akan nada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar